mendadak pindah

by uli.


Setelah berbulan-bulan tidak punya bahan untuk dituliskan atau dibagikan di laman ini, akhirnya saya punya beberapa kabar yang sebetulnya, saya ceritakan karena saya kadung kesal luar biasa.

Di bulan ini di tahun lalu, saya ingat betul memutuskan untuk mendekorasi ruangan sewa saya di Jakarta karena begitu jengah dengan ruangan yang hambar saja mengingat sudah 3 bulan aturan dilarang keluar rumah diberlakukan. Saya kemudian mengalihkan alokasi dana yang biasanya saya gunakan untuk bolak-balik Jogja untuk keperluan membeli beberapa atribut yang bisa digunakan untuk memperindah kamar. Selama enam bulan setelahnya, saya aktif menyisihkan beberapa pemasukan untuk perbaikan ini karena sebetulnya praktis saya tidak mendapat fasilitas yang cukup untuk semua barang saya. Sejauh itu pula, saya punya proyeksi bahwa setidaknya dalam 1 atau 2 tahun saya akan bisa pindah ke lokasi yang lebih mapan untuk ditinggali, meskipun belum tahu seperti apa.

Lantas, di tengah kepuasan saya dengan ‘sistem’ dan tata ruang yang saya ciptakan di kamar sewa ini, hari Sabtu lalu induk semang kami memanggil saya dan seorang teman yang menyewa kamar sebelah untuk ‘diajak bicara’. Intinya, kami harus pindah. Kalau boleh saya katakan, kami dipaksa pindah, terusir dari tempat tinggal sementara ini tanpa diberi aba-aba sebelumnya. Pun hanya diberikan waktu kurang dari 10 hari untuk berkemas, mencari lokasi baru, dan menata hidup sekali lagi.

Jujur saja saya merasa begitu dicurangi. Minggu ini masih awal bulan, artinya saya dan teman sebelah sudah membayar sewa untuk sebulan setelahnya. Dengan alasan bahwa pemilik rumah sudah bersepakat dengan tukang, kami diminta untuk segera pindah.

Tentu, ruang yang saat ini masih saya tempati bukan milik kami, secara hak kami tidak memiliki secuil kewenangan untuk menguasainya. Tapi kami membayar sewa tepat waktu dan tidak menuntut banyak hal. Ada sangat banyak cara untuk memberikan sinyal kepada kami bahwa bangunan akan segera direnovasi dan kami diminta pindah. Bisa sebulah sebelumnya, bisa dua bulan sebelumnya. Atau bisa saja ketika masih berembug dengan tukang. Intinya sebelum kesepakatan dibuat. Saya tidak bisa tidak gusar. Saya kesal betul dan tentu saja butuh waktu untuk bisa menerima tuntutan untuk pindah ini.

Sebetulnya, saya tipikal yang attached pada suatu lingkungan atau ruang sampai ada hal-hal yang memaksa saya untuk pindah. Misalnya, saat masih SMA, saya selalu menjadi yang pertama kembali ke asrama dan orang terakhir yang pulang saat libur panjang. Atau saya masih tinggal dan menetap di sekre sampai hari-hari terakhir saya di Jogja. Atau saya tidak punya dorongan untuk memindahkan barang-barang saya di kos lama. Pun termasuk kamar yang saya tempati sekarang.

Bisa jadi ini adalah cara yang dikasih ke saya untuk pindah ke lokasi yang lebih baik. Tapi lebih-lebih, when life gives you lemons, make lemonade. Cukup bersyukur karena saya bisa segera menemukan lokasi yang jauh lebih nyaman, space yang lebih besar, dan lingkungan yang lebih baik. Kadang suka bingung karena terlalu banyak hal-hal baik yang terjadi.

Setelah ini, saya mungkin butuh berbulan-bulan lagi untuk menata ruang tinggal, tapi cukup terdorong untuk segera move on dan mengetes kemampuan saya sebagai lulusan arsitektur, haha. Barangkali masih ada sedikit kemampuan yang tertinggal untuk bersenang-senang dengan ruang. So to say, I’ve been in this kind of situation for so long. I’ll be just fine tho.