hampir tahun depan.

by uli.


Tidak lebih dari 2 bulan lagi sudah tahun depan. Terasa cepat betul, terutama kurun Agustus sampai November ini. Bisa jadi karena saya baru berubah kebiasaan dan seringkali dipusingkan dengan keresahan untuk meyakinkan diri bahwa pilihan ini tidak saya ambil dengan terlalu gegabah dan tanpa pertimbangan.

Setiap kali bertemu orang, terutama mereka yang tahu bahwa ‘seharusnya’ berada di Jakarta, pertanyaan seputar apa yang saya lakukan kembali di kota ini seringnya menjadi bahasan utama. Hal ini juga sebetulnya yang membuat saya sedikit banyak enggan untuk bertemu dengan beberapa kawan lama saya, atau lebih tepatnya saya belum siap untuk bertemu. Lebih dari itu, saya sering merenungkan masa-masa sekolah saya di dua periode sebelumnya, apa yang signifikan, apa yang bisa ‘dibanggakan’, apa yang bisa diambil pembelajarannya? Kadang juga masih memikirkan apakah langkah yang diambil betul akan memberikan manfaat yang seharusnya dan bukan sekedar memperpanjang kegagalan?

Di saat orang lain sering melayangkan pujian atau ungkapan ketidakpercayaan atas pilihan-pilihan hidup yang saya ambil, sering kali saya hanya bisa nyengir kuda karena tentu saja ada orang-orang lain di atas saya yang juga saya pandang jauh lebih baik atau saya gunakan sebagai parameter secara sadar maupun tidak. Kadang masih memikirkan hal-hal yang tidak saya ambil, misalnya mencoba sekolah ke luar negeri atau ke universitas yang lebih bergengsi. Tapi juga menyadari kelemahan-kelemahan dan ketidakmampuan, kemalasan, keengganan, dan hal-hal lain yang melingkupi. Lebih-lebih takut jika ternyata begitu berhasil membuka jalan, ternyata merasa terkekang dengan ikatan kerja yang sedang dijalani.

Memang pada dasarnya semua hal itu pilihan, menjadi ini atau itu, mengambil langkah ini atau itu. Tapi sedikit banyak saya juga percaya bahwa jalan yang dimudahkan itulah sinyal-sinyal yang diberikan, yang mana saya pilih untuk saya ambil alih-alih saya abaikan hanya sebagai pertanda. Kadang sulit juga untuk merasionalisasi hal-hal, tapi juga kadang menjadi lebih masuk akal untuk justru fokus pada konsekuensi atas pilihan yang sudah diambil.

Di tengah-tengah menjalani hari-hari sekolah ini, saya juga sering merenungkan masa kecil saya dan impian-impian yang muncul ketika itu sebagai anak desa biasa saja. Sering kali juga lupa bahwa jalannya sudah panjang dan melelahkan. Tapi lebih-lebih menerima bahwa di tengah kesulitan itu sebetulnya kita menyenangi tahapan-tahapan yang dilalui juga. Jadi, bisa dibilang saya bisa memahami dan memakfumkan bahkan jalannya menyenangkan kok. Juga bahwa untuk mencapai hari ini, semua tahapan hidup yang dijalani itu valid, juga bahwa capaian-capaian yang sudah dilalui juga valid.

Menjelang tahun depan, berharap bahwa akan semakin tenang menjalani hari-hari yang akan dilalui di periode sekolah ini. Berharap bisa terus menerima pembelajaran baru dan menerima orang-orang baru yang hadir dalam hidup, atau orang-orang lama yang memutuskan untuk berpisah.

wordsflow