30s

by uli.


Entah mengapa, hari ini terdorong untuk membuat postingan baru, setelah sekian lama membuka-tutup blog ini tanpa bisa menuliskan apapun. Saya baru pula menyadari bahwa saya menulis sudah lebih dari setahun yang lalu. Dalam satu tahun, ada sangat banyak hal yang terjadi, dan saya cukup terkejut dengan arah lajunya sampai dibuat bingung menjelaskan bagaimana masing-masing hal bisa terjadi di hidup saya.

Pasca pindah kosan ke tempat baru setahun yang lalu, saya merasa itu kosan terbaik yang pernah saya miliki sejauh ini. Ruangan yang tidak terlalu besar maupun kecil, dengan fitur yang lengkap dan mendorong saya untuk mengembangkan personal space yang betul-betul saya sukai. Setelah selesai mendekorasi ruangan, saya bahkan pernah berjanji untuk paling tidak baru akan memikirkan untuk pindah setelah sekitar 3 atau 4 tahun tinggal di sana.

Lalu hal-hal lain berjalan bergantian, pasca atasan saya dimutasi dan digantikan dengan atasan baru, hampir setiap hari sepanjang tahun saya bekerja tiada lelah dan pulang larut malam. Kami menyadari bahwa perubahan struktur organisasi bisa sangat mengubah mood kami dalam bekerja. Semangat untuk membawa hal-hal baik sedikit banyak harus ditelan dengan pahit, setiap hari menahan kesal karena satu dan lain hal, serta begitu sulitnya untuk menyampaikan hal-hal yang dulu dirasa mampu dijangkau. Dunia politik praktis tiba-tiba terasa dekat dan memuakkan, ya memuakkan.

Singkat cerita, tahun berganti dan secara mendadak pula saya diberikan tanggung jawab untuk menanggung beban lebih banyak dari teman-teman satu angkatan. Belajar memimpin orang lain, belajar bernegosiasi dengan orang-orang yang lebih tinggi, mengambil tanggung jawab, dan hal-hal lain. Setiap minggu hampir-hampir kehilangan harapan namun beruntung betul masih punya forum-forum kecil untuk membicarakan hal-hal dan keresahan dengan sesama kami. Saya sempat jatuh iri dengan rekan-rekan kerja yang bersemangat mencari beasiswa master dan membuka kesempatan untuk belajar kembali di luar lingkungan kerja dan mengambil jarak sementara dari kantor yang terasa semakin mengekang.

Tapi ternyata kesempatan itu juga datang ke saya sedemikian rupa, beberapa bulan setelah memasuki umur 30 tahun. Saya hanya punya waktu kurang dari 1 bulan untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendaftar sekolah. Saya mengumpulkan berkas, mendaftar tes toefl dan TPA, memilih dosen untuk dihubungi, membuat surat ijin ke atasan, dan memilih tema untuk calon penelitian tanpa memiliki bekal keilmuan sedikit pun. Lelah bekerja selama 4 tahun terakhir menjauhkan dari kegiatan membaca buku dan memperkaya pengetahuan sehingga rasa-rasanya saya kembali menjadi anak-anak yang baru saja lulus SMA. Saya memikirkan keputusan cukup lama, menunggu hasil tes toefl dan TPA sebelum akhirnya menghubungi dosen dan meminta ijin atasan, mengabarkan ke teman-teman, meminta pertimbangan ke rekan yang lebih senior di dunia pekerjaan, sampai saya teryakinkan bahwa ‘sekolah adalah tempat terbaik untuk belajar, kita mengambil jarak dan rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari’. Dua hari sebelum penutupan pendaftaran, saya menyelesaikan semua hal dengan baik.

Perihal ini, selama 4 tahun pula saya dan karib saya bertukar mimpi. Saya seolah ditulari semangatnya untuk mengejar sekolah impian, walau saya berakhir menjadi orang yang terlalu oportunis dan penuh kemalasan untuk mengejar mimpi-mimpi. Episode ini berbeda, saya menyadari betul ada banyak hal yang kurang tentang diri saya. Saya menyimpan kekaguman tentang orang lain dengan banyaknya energi yang mampu mereka curahkan untuk hal-hal yang diimpikan, sedangkan saya bergelung kemalasan di dalam kamar kosan. Meski telah bekerja cukup lama, tapi masih menyimpan banyak keraguan akan hal-hal yang dikerjakan, apakah masih ada waktu untuk mengejar mimpi? 10 tahun lagi ingin ada di mana? menjadi apa? dan seterusnya. Tentu saja sebagaimana 1 tahun dapat mengubah banyak hal, saya tidak mampu dan tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi dalam 3 bulan terakhir saya menyadari, saya tidak lagi terlalu takut dengan perubahan.

Malam tadi kami membicarakan banyak hal. Ketika membuka peta, kami menyadari bahwa hal-hal berjalan dengan caranya sendiri, kadang yang didapatkan justru ada persis di sebelah hal yang sebetulnya kita impikan. Tentu saja jika bukan karena menerima pekerjaan, barangkali saya tidak akan memiliki kesempatan untuk sekolah lagi. Tapi juga sembari berterima kasih ke diri sendiri sudah mampu bertahan dan berkembang di lingkungan yang tidak dikenal.

Lalu, saat sudah kembali ke lingkungan yang dirasa sudah dikenal pun, ada banyak hal yang juga berubah dan sedikit terasa asing. Sekre yang tutup, domisili yang bergeser, teman-teman yang entah sudah ada di mana dan akan di mana. Bagaimanapun, I’ll make it just alright. This year is so challenging, and so much thank you for the opportunities that came to me.

wordsflow