The Gift Bussiness
Selalu ada pertanyaan ketika pertama kali tahu bahwa saya meluangkan waktu untuk menjadi seorang bookbinder. Kadang pekerjaan itu tampak aneh untuk banyak orang. Dan barangkali mungkin bahkan untuk orang-orang yang mengenal saya cukup lama pun, itu masih bukan hal yang dianggap menjanjikan. Hahaha. Bukan hanya kalian saja yang berpikir begitu, kadang saya sendiri pun meragukan.
Well, saya memang menggantungkan hidup dengan melakukan pekerjaan kecil itu dengan bahagia.
Sejak masih muda, saya punya cita-cita aneh untuk menjadi seorang pengusaha. Alasannya sebetulnya sederhana saja, karena anak seorang PNS akan setengah mati susahnya untuk mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah. Mau kamu sepintar apapun dalam hal akademik, latar belakang PNSmu niscaya akan membuatmu tidak memperoleh beasiswa apapun dari pemerintah.
Begitulah. Barangkali itu juga yang membuat saya mengalihkan minat mencari beasiswa ke urusan ikut kompetisi pada masa masih di bangku sekolah. Soalnya yang begitu tidak akan pernah ditanyai apa pekerjaan bapak-ibu saya.
Singkat saja soal latar belakangnya ya, hehe.
Selain itu, semenjak SMP, mungkin karena kebiasaan saya membaca komik dengan begitu banyak cerita yang berlatar café atau toko buku, dan berbagai kerumitan latar belakang yang terpadu bercampur menjadi satu, impian memiliki toko kecil sendiri dengan berbagai pernak-pernik.
Saya ingat ada kartun Magical Doremi yang tayang di suatu stasiun TV swasta pada masanya. Itu cerita penyihir-penyihir cilik yang membuka toko pernak pernik kecil di dalam sebuah bus bekas. Imaji itu sangat menarik perhatian saya bahkan hingga sekarang. Membayangkan akan memiliki sebuah kabin kecil dari material bekas (entah bus atau kontainer bekas), dengan halaman rumput luas yang penuh dengan meja-meja dan kursi, dibatasi dinding cukup tinggi berlapis tanaman rambat, dengan sebuah rumah tingkat dua ala rumah tradisional Jepang adalah salah satu mimpi masa kecil yang masih bertahan imajinya hingga detik ini.
Suasana itu terasa seolah sangat nyata setiap kali saya membayangkannya. Oleh karenanya, tempat-tempat dengan nuansa yang sama, apapun itu jenisnya akan selalu menarik perhatian saya, hehehe.
Karena impian itu mini saja, hanya serupa tempat bernaung dan ruang penuh buku, maka usaha ini tidak perlu sampai ke tahap perusahaan atau bahkan firma yang agak besar. Saya selalu ragu untuk memperlebar usaha karena itu artinya akan ada target yang lebih besar untuk memastikan bahwa semua orang yang bekerja di dalamnya akan cukup makan. Begitu berbeda dengan membayangkan bahwa saya akan selalu bahagia dengan hasil yang cukup saya untuk hidup saya sendiri.
Lagi-lagi, pilihan yang satu dan yang lain selalu memberikan konsekuensi. Tentunya dengan menahan diri, saya hanya akan menjadi orang yang begini-begini saya, sekarang dan nanti. Barangkali akan ada beberapa perkembangan kecil, tapi tentu saja akan kecil saja, hehe.
Well, sedikit beranjak dari mode curhatan ini, beberapa waktu belakangan ada perkembangan lingkaran pertemanan di lingkungan hidup saya. Entah bagaimana mulanya, ada begitu banyak orang baru yang datang, atau bahkan orang lama yang masuk kembali ke fase hidup saya kali ini.
Terlalu banyak orang yang menginspirasi saya untuk belajar hidup dengan lebih baik. Orang-orang yang dengan keyakinannya masing-masing mau meluangkan waktu untuk menghidupi hobi mereka dan mayakini bahwa hal-hal semacam itu berguna untuk sesiapapun yang pernah bersentuhan dengan kita. Barangkali kita lupa karena terlalu terbiasa sehingga merasa bahwa hal-hal yang semacam itu biasa saja.
Betul, kita hanya kurang main dan cenderung merasa nyaman dengan lingkungan yang telah kita tempati cukup lama. Akhirnya justru tidak berkembang kemana-mana.
But to be honest, I’m still here, hehehe.
Tapi saya mencoba membuka diri dan melihat orang-orang yang juga berkegiatan sama dengan saya sebagai insan yang menginspirasi, bukan malah menjadikan mereka sebagai rival atau sejenisnya. Ternyata cukup menyenangkan. Ada perasaan senang dan bahagia yang sangat tulis ketika misalnya saya menemukan bahwa seorang teman mengajak para narapidana di lembaga pemasyarakatan wanita untuk berkolaborasi membuat karya. Di saat yang lain saya menemukan teman yang lain berinovasi dengan material lama dan menggunakannya untuk sesuatu yang sama sekali baru.
Hal-hal yang berbau material ini begitu menarik perhatian saya belakangan ini dan tampaknya, sangat menarik untuk didalami nanti. Barangkali akan ada hal yang berbeda dari rencana-rencana saya sebelumnya. Hanya saja, mengikuti arus dan panggilan hati agaknya menjadi hal yang menarik, istilah yang sangat menarik pula bahwa hal itu ternyata masih ada di dalam diri saya.
wordsflow