4A

by uli.


I am a mediocre figure skating fan, as also one in badminton and volley.

Tapi, cukup lama mengikuti update dunia per-figure-skating-an sejak Kim Yuna, juga menjadi satu-satunya alasan mengikuti akun youtube Olympic.

Beberapa waktu lalu figure skater idola saya (dan jutaan orang lainnya), Yuzuru Hanyu, pensiun dari karir kompetitifnya dan memasuki karir profesional. Tentu saja ada banyak perdebatan, namun tentu saja setelah mendapatkan hampir semua pencapaian dan menjadi satu-satunya men single figure skater yang berhasil meraih Super Slam, penghargaan semakin terlihat tidak menjadi satu-satunya alasan dia tetap bertahan di figure skater. Dalam tulisan ini, barangkali orang yang tidak terlalu mengenal akan merasa tulisan ini aneh. Walaupun di dalam kaca mata fans, menulis hal semacam ini lebih seperti menuliskan tentang idolanya di bidang apapun.

Lanjut, oleh karena tetiba ingin menonton lagi semua pertunjukannya setelah menemukan beberapa lagu pengiring di spotify, saya menghabiskan malam-malam insomnia untuk mengulang kembali beberapa penampilan paling saya sukai, tentu dengan didukung aransemen musik yang saya sukai. Di akhir penampilan, saya pun kepo siapa-siapa yang menduduki first skater yang berhasil mengeksekusi jump di international events.

Lalu terkejut karena di board 4A sudah diisi dengan nama lain—Ilia Malinin—yang bukan Yuzuru Hanyu. Sedikit cerita, 4A ini adalah tingkatan tertinggi dari single jump di dalam figure skating. 4A dilakukan dengan putaran sebanyak 4,5 rotasi, dimulai dengan menghadap searah dengan arah lompatan. Teknik ini sudah dipelajari cukup lama dan menjadi salah satu goals Yuzuru selama karir figure skatingnya, seolah-olah menjadi cita-cita semua figure skater sebagai hal yang hampir mustahil untuk dilakukan.

Long story short, ada seorang figure skater USA yang berhasil clear execution 4A di international competition, sekitar seminggu yang lalu sejak tulisan ini dibuat. Menemukan orang lain selain Yuzuru yang berhasil melakukan hal yang terlihat susah betul (Yuzuru sampai ‘merusak’ engkelnya berkali-kali) untuk dieksekusi berasa anti klimaks. Saya menontonnya tidak dengan perasaan apapun, walau memang terlihat indah dan sempurna.

Menonton ini seolah seperti membersamai seorang teman yang bertahun-tahun berjuang keras untuk melanjutkan sekolah master di kampus impiannya, tapi berakhir di kampus sebelahnya, disandingkan dengan orang lain yang tidak dikenal langsung begitu saja diterima dan mendapat beasiswa di kampus impian teman saya. Sebetulnya fair, secara pencapaian dan pembelajaran dari kegagalan akan berbeda di kedua individu ini, tetapi tentu saja terasa bitter di mata saya sebagai orang ketiga.

Lagi-lagi, setelah tetap kembali melanjutkan menonton Yuzuru, saya menyadari bahwa anak ini sedari dahulu telah membedakan figure skatingnya dan figure skating yang diberi skor oleh juri. ‘Score is score, and my performance is my performance, there are difference in them’. Tentu dengan berbagai hal yang terjadi sepanjang karirnya, ia juga menyadari bahwa akan ada orang lain yang lebih baik dari dirinya di beberapa hal. Secara pribadi, saya mengagumi betul kepribadian yang ditunjukkannya di publik, atau secara khusus relationshipnya dengan figure skating.

“Effort lies, but it will not be in vain.”

Yuzuru Hanyu, two-time Olympic figure skating champion

Meski demikian, ada banyak hal yang, jika dapat dikatakan, menciptakan kekecewaan. Menurutnya, di banyak kesempatan, hasil sebuah kompetisi seringkali—atau bahkan selalu—tidak memberikan ‘penghargaan’ yang sebanding dengan upaya dan usaha yang diberikan oleh atlet untuk menyajikan permainan/penampilan terbaiknya setiap kali turun ke arena. Akan selalu ada banyak momen ketika hasil penampilan undervalued di mata juri, seolah menampar penampil untuk mempertanyakan ‘untuk apa usahanya selama ini jika angka menjadi valuasi mutlak akan sebuah penampilan’

Secara pandangan hidup, saya kira Yuzuru menempati posisi penting di hidup saya sendiri, sebagaimana banyak tokoh anime/komik yang juga menempati posisi yang sama penting karena beberapa pernyataan mereka dalam cerita. Meski agaknya tidak sama, pada dasarnya hal-hal terinspirasi dari yang nyata. Ketika pertama membaca cerita/komik/novel, saya sering merasa begitu tidak berkaitan dengan cerita yang disampaikan. Tapi toh ternyata setelah lebih dewasa, cerita novel kadang tidak cukup berbeda dengan apa yang ditemui di dunia nyata. Tentu saja juga karena karangan/imajinasi adalah ekspresi ketidakpuasan atas apa yang terjadi di depan mata, oleh karena, mempelajari dari yang fiksi juga mempelajari realitas.

Again, masih sedikit merasa bitter karena berita tentang 4A ini, tapi more or less apresiasi dan kekaguman ke Yuzuru nggak akan berubah sih. Beberapa performancenya masih saya tonton rutin, juga merasa takjub karena di tahun-tahun berikutnya dari setiap programnya masih tetap ada improvement yang menarik, semakin detil dalam setiap gerakan.

Dan that’s all. Tidak cukup yakin akan tetap mengikuti figure skating setelah ini, karena toh setelah coba-coba tengok beberapa penampilan figure skater lain selain Yuzuru, ternyata saya nggak suka, entah karena penampilan keseluruhannya, koreografi dan artistiknya, musiknya, atau bahkan personality atletnya. Ya mungkin setelah era Yuzuru akan ada era Ilia sebagai ‘quad era’, but again, sepertinya preferensi saya memang y aitu-itu aja.

Sekian kabar dari dunia figure skating. Bisa jadi nanti pada perkembangannya saya akan tertarik lagi, mari kita tunggu.

wordflow

Bonus link favorite performance yang bisa aku tonton berkali-kali banget. Sebetulnya ada satu lagi tapi ga ada yg short video kalo yg official.