playlist

by uli.


Sebelum menulis ini, saya memutar playlist saya yang sudah bertahan lebih dari 3 tahun. Playlist ini saya buat ketika karantina covid sekitar 3 tahun yang lalu, berisi beberapa soundtrack anime dan beberapa lagu yang mewakili perasaan saya selama pandemi. Tentu saja, playlist ini kemudian menyimpan banyak sekali kenangan, baik perasaan maupun momen-momen ketika saya mendengarkannya di periode 2020-2022.

Ingat betul (saya sudah menuliskan beberapa kali) saya mencoba untuk berkompromi dengan pandemi dengan menonton anime, membaca banyak sekali komik, sembari menulis thesis saya sampai selesai. Di masa itu, saya memilih lagu-lagu yang mendorong saya untuk menulis, lalu merasa terpikat secara khusus pada beberapa lagu yang saya temukan ketika menonton anime.

Berlanjut setelahnya, playlist yang sama juga selalu saya dengarkan ketika bersepeda dari kos ke kantor setiap harinya. Sepanjang perjalanan yang singkat antara kos dan kantor, sering kali saya hanya menghabiskan 4-5 lagu saja. Tapi menyenangkan, dan saya membangun imajinasi yang kuat sepanjang durasi 5 lagu tersebut. Sepanjang itu pula saya menyadari bahwa setelah satu cita-cita selesai, setidaknya saya harus punya cita-cita lain untuk dikejar. Tentu saja juga di antaranya mengorek-orek kembali daftar yang belum terwujud.

Semalam mood saya tidak baik, butuh lebih dari 2 jam untuk dapat menenangkan diri, dan berakhir terlelap dengan perasaan lelah dan tidak nyaman. Jangankan tidur nyenyak, di dalam mimpi pun saya sedih, haha. Setelah bertahun-tahun mengakrabi perasaan semacam ini, saya baru sadar bahwa momen semacam itu semakin jarang saya rasakan sehingga ketika meledak, atau terlampau lama tidak pernah merasakannya, saya akan butuh waktu lebih lama untuk menenangkan diri.

Lagi-lagi, begitu mendengarkan playlist ini, saya seolah diingatkan pernah melakukan perjalanan setahun penuh bolak balik dari kos ke kantor dengan jiwa yang penuh harapan. Di antara banyak kekecewaan yang pernah dialami, atau yang sulit untuk dilupakan, saya pernah menghabiskan begitu banyak waktu berdialog dengan diri sendiri tentang masa lalu dan masa depan. Apa yang ingin dicapai bersama, apa yang diharapkan. Jika dipikirkan lagi, sepertinya masa bersepeda dari kos ke kantor adalah hal yang paling saya nikmati selama tinggal di Jakarta. Di masa itu ada banyak improvement di hidup saya. Belajar mengatur waktu kembali, mulai rutin membuat dan membawa bekal ke kantor, rajin membuat buku untuk orderan, dan seterusnya.

Ya barangkali saya hanya butuh waktu untuk kembali merasa mapan di kota ini lagi. Segenap perubahannya kadang terlampau halus tidak kentara sampai-sampai ketika tersadar cukup merasa tertampar dengan kenyataan. Merasa mampu memahami pun tidak sepenuhnya begitu. Di waktu tertentu bisa saja bertindak di luar pemahaman sendiri. Di waktu yang lain bisa menerima hal-hal dengan baik dan ikhlas.

Begitulah, mari lanjut menenangkan diri dengan playlist yang sudah memasuki putaran keduanya di hari ini. Tabik.

wordsflow